Hal Hal Yang Menghilangkan/mengurangi/merusak Pahala Puasa Ramadhan/Sunah
Rasulullah SAW bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapat apa-apa kecuali rasa lapar” (HR. Ibnu Majah)Hadits ini menggambarkan ternyata ada pula orang yang puasanya sia-sia, puasanya tidak berpahala. Jumlahnya pun tak sedikit. Untuk menghindari kesia-siaan puasa di Ramadha n kali ini, ada baiknya kita menyimak apa saja perkara-perkara yang dapat menghilangkan dan mengurangi pahala puasa.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan pengamalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh kepada perbuatannya yang meninggalkan makan dan minum” (HR. Al Bukhari)Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat “Allah tidak butuh kepada perbuatannya yang meninggalkan makan dan minum” adalah Allah tidak menerima puasanya. Pahalanya terkurangi atau bahkan hilang sama sekali. Puasanya sia-sia, tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar saja.
Dalam hadits ini hanya disebutkan tiga hal: az zuur, al ‘amala bizzuur, dan al jahl. Ketiganya bisa diterjemahkan secara sederhana menjadi dusta, amalan dusta dan kebodohan. Namun jika dirinci, ketiga kata ini mencakup banyak hal.
- Bohong
Larangan berbohong saat berpuasa telah disebutkan dalam hadits berikut ini,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)Zuur yang dimaksud dalam hadits di atas adalah dusta. Berdusta dianggap jelek setiap waktu. Namun semakin teranggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hadits di atas menunjukkan tercelanya dusta. Seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi,
مُقْتَضَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ فَعَلَ مَا ذُكِرَ لَا يُثَابُ عَلَى صِيَامِهِ ، وَمَعْنَاهُ أَنَّ ثَوَاب الصِّيَام لَا يَقُومُ فِي الْمُوَازَنَةِ بِإِثْم الزُّور وَمَا ذُكِرَ مَعَهُ
“Konsekuensi dari hadits tersebut, siapa saja yang melakukan dusta yang telah disebutkan, balasan puasanya tidak diberikan. Pahala puasa tidak ditimbang dalam timbangan karena telah bercampur dengan dusta dan yang disebutkan bersamanya.” (Fath Al-Bari, 4: 117)Al-Baidhawi menyatakan,
لَيْسَ الْمَقْصُود مِنْ شَرْعِيَّةِ الصَّوْمِ نَفْس الْجُوعِ وَالْعَطَشِ ، بَلْ مَا يَتْبَعُهُ مِنْ كَسْرِ الشَّهَوَات وَتَطْوِيعِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ لِلنَّفْسِ الْمُطْمَئِنَّةِ ، فَإِذَا لَمْ يَحْصُلْ ذَلِكَ لَا يَنْظُرُ اللَّه إِلَيْهِ نَظَر الْقَبُولِ
“Bukanlah maksud syari’at puasa adalah menahan lapar dan dahaga saja. Dalam puasa haruslah bisa mengendalikan syahwat dan mengatur jiwa agar memiliki hati yang tenang. Jika tidak bisa melakukan seperti itu, maka Allah tidaklah menerima puasa tersebut.” (Fath Al-Bari, 4: 117)- Puasa Tanpa Mengerjakan Shalat
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadist :
Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”- Marah
Hal ini dijelaskan dalam hadist:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: (Wahai Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Ia menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.” (Riwayat Bukhari).- Menggunjing ( menggosip )
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
‘Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. AL-Hujurat: 12).- Sumpah dan Kesaksian palsu
Adakalanya seseorang menjadi saksi untuk suatu perkara lalu ia memberikan kesaksian palsu. Maka ini juga termasuk bentuk dari kebohongan.
وعن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ألا أنبئكم بأكبر الكبائر ؟ – ثلاثاً – قلنا: بلى يا رسول الله، قال: الإشراك بالله، وعقوق الوالدين، وكان متكئاً فجلس، فقال: ألا وقول الزور وشهادة الزور فما زال يكررها حتى قلنا: ليته سكت. متفقٌ عليه.
“Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu [1], beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Maukah kamu aku beritahukan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?” – diulangi hingga tiga kali [2]- Kami menjawab,” Tentu saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ” menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orang tua.” Sedangkan beliau [pada waktu itu] dalam keadaan bersandar, lalu beliau duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ketahuilah! dan perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai-sampai kami berkata,” Andai saja beliau diam”. (Muttafaqun ‘alaihi).- Fitnah
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. “(Q.S. AL-Qalam: 10-11).Ia bisa menghancurkan nama baik seseorang, membunuh karakter seseorang, bahkan bisa membuat orang yang difitnah masuk penjara atau dihukum mati.
- Mengkhianati amanah
- Rafats, Bayangan syahwat Dan Melihat aurat lawan jenis atau melalui gambar dan film