Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lafadz Niat, Bacaan, Tata Cara & Do'a Sholat Tarawih 2-4 Rakaat dan 3 Witir

SHALAT TARAWIH - Shalat tarawih adalah bagian dari shalat nafilah. Shalat tarawih ini merupakan sunnah muakkadah yang mengerjakannya disunnahkan secara berjama’ah pada bulan Ramadhan. Disebut tarawih, karena setiap selesai dari empat rakaat, para jama’ah duduk untuk istirahat. Tarawih adalah bentuk jama’ dari tarwihah yang menurut bahasa berarti jalsah (duduk). Aisyah RA ditanya: “Bagaimana shalat Rasul SAW pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab, “Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” (HR Bukhari).



Rasulullah SAW shalat empat raka’at dengan dua kali salam, kemudian beristirahat. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah RA, “Adalah Rasulullah melakukan shalat pada waktu setelah selesainya shalat Isya’, hingga waktu fajar, sebanyak 11 raka’at, mengucapkan salam pada setiap dua raka’at, dan melakukan witir dengan satu raka’at.” (HR Muslim).

Juga berdasarkan keterangan Ibn Umar RA, bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalat malam itu?” Beliau menjawab:

مَشْنَى مَشْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِِرْ بِوَا حِدَةِ 

“Yaitu dua raka’at-dua raka’at, maka apabila kamu khawatir (masuk waktu) shubuh, berwitirlah dengan satu raka’at." (HR Bukhari)

Dalam hadits Ibn Umar yang lain disebutkan:

صَلاَةُ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ

“Shalat malam dan siang dua raka’at-dua raka’at”. (HR Ibn Abi Syaibah)


Keutamaan Shalat Tarawih
  1. Diampuni dosa masa lalunya
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانَا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْذنْبِه

“Barang siapa melakukan qiyam (lail) pada bulan Ramadhan, karena iman dan mencari pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah lalu dari dosanya.”

Maksud qiyam Ramadhan, secara khusus, menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih. Hadits ini memberitahukan, bahwa shalat tarawih itu bisa mendatangkan maghfirah dan bisa menggugurkan semua dosa; tetapi dengan syarat karena bermotifkan iman; membenarkan pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala tersebut dari Allah. Bukan karena riya’ atau sekedar kebiasaan. Hadits ini dipahami sebagai anjuran yang kuat dari Rasulullah untuk melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih, tahajud, dan lain-lain).
  1. Dosanya dihapuskan seperti terlahir kembali
Rasulullah SAW bersabda:

إِِنَّ رَمَضَانَ شَهْرٌ فَرَضَ اللَّهُ صِيَامَهُ وَإِنِّي سَنَنْتُ لِلْمُسلِمِيْنَ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِعيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَْ الذُّنُوبْ كَيَوْم وَلَدَتْهُ أُمُّه

“Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan dimana Allah mewajibkan puasanya, dan sesungguhnya aku menyunnahkan qiyamnya untuk orang-orang Islam. Maka barang siapa berpuasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka ia (pasti) keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya (HR. Abu Hurairah.)
  1. Pahala semalam penuh
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة




“Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh).” HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i).

Hadits ini sekaligus juga memberikan anjuran, agar melakukan shalat tarawih secara berjamaah dan mengikuti imam hingga selesai.


Jumlah Rakaat Shalat Tarawih

Dalam praktik sehari-hari, kita kadang melihat ada jamaah yang salat tarawih 20 rakaat, ada pula yang hanya 8 rakaat. Mana yang benar? Rasulullah SAW telah melakukan dan memimpin shalat tarawih, terdiri dari sebelas raka’at (8 +3). Dalilnya sebagai berikut:
  1. Dari Aisyah RA: ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang qiyamul lailnya Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan, ia menjawab:

إنَّهُ كَانَ لاَ يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ

“Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya. lebih dari sebelas raka’at. (HR Bukhari, Muslim)

Ibn Hajar berkata, “Jelas sekali, bahwa hadits ini menunjukkan shalatnya Rasulullah SAW (adalah) sama semua di sepanjang tahun.”
  1. Dari Jabir bin Abdillah RA ia berkata: “Rasulullah SAW shalat dengan kami pada bulan Ramadhan 8 raka’at dan witir. Ketika malam berikutnya, kami berkumpul di masjid dengan harapan beliau shalat dengan kami. Maka kami terus berada di masjid hingga pagi, kemudian kami masuk bertanya, “Ya Rasulullah, tadi malam kami berkumpul di masjid, berharap anda shalat bersama kami,” maka beliau bersabda, “Sesungguhnya aku khawatir diwajibkan atas kalian.” (HR Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah)
  1. Pengakuan Rasulullah SAW tentang 8 raka’atdan 3 witir. Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah, lalu berkata, ”Ya Rasulullah, ada sesuatu yang saya kerjakan tadi malam (Ramadhan). Beliau bertanya, ”Apa itu, wahai Ubay?” Ia menjawab, ”Para wanita di rumahku berkata, ’Sesungguhnya kami ini tidak membaca Al Qur’an. Bagaimana kalau kami shalat dengan shalatmu?’ Ia berkata, ”Maka saya shalat dengan mereka 8 raka’at dan witir. Maka hal itu menjadi sunnah yang diridhai. Rasulullah SAW tidak mengatakan apa-apa.” (HR Abu Ya’la, Thabrani dan Ibn Nashr).

Niat Salat Tarawih

Meskipun jumlah raka'at shalat tarawih berbeda (ada yang 23 raka'at, ada yang 11 raka'at) namun pelaksanaannya sama, yaitu setiap 2 raka'at diakhiri dengan salam, sehingga niat shalat tarawih pun sama yakni niat shalat sunnah 2 raka'at, yang membedakan hanyalah shalat tarawihnya sebagai imam atau sebagai makmum dan/atau shalat tarawihnya sendirian
  1. Niat shalat tarawih apabila menjadi makmum

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى

Artinya :
Saya niat shalat sunnah tarawih dua raka'at menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala
  1. Niat shalat tarawih apabila menjadi imam

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى

Artinya :
Saya niat sholat sunnah tarawih dua raka'at menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala

Niat shalat tarawih apabila shalat sendirian

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ للهِ تَعَالَى

Artinya :
Saya niat shalat sunnah tarawih dua raka'at menghadap kiblat karena Allah Ta'ala

Kita mungkin pernah mendengar adanya dzikir berjamaah di antara jeda shalat tarawih, namun dzikir ini tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW. Tetapi perseorangan diperbolehkan, tanpa perlu ada yang memimpin. Sebahagian masyarakat mempraktekkan bahwa antara sela-sela duduk istirahat pada pelaksanaan shalat tarawih dengan bacaan-bacaan tertentu yang dibaca oleh “bilal”. Padahal sebenarnya waktu jeda antara shalat tersebut adalah waktu untuk beristirahat. Itulah mengapa shalat tersebut disebut dengan tarawih, karena tarawih bermakna istirahat. Jika demikian, waktu istirahat tersebut sebaiknya diberi kesempatan pada para jamaah untuk menarik nafas dan tidak dibebani dengan dzikir berjamaah.


SHALAT WITIR

Jika kita ingin melakukan shalat witir tiga rakaat, bagaimanakah cara melakukannya?

Ada tiga cara yang bisa kita ikuti untuk melakukan shalat witir tersebut seperti yang dikemukakan oleh para ulama madzhab, namun hanya dua yang dianggap lebih kuat.
  1. Mengerjakan tiga rakaat dengan pola dua rakaat salam lalu satu rakaat salam.
Dari Aisyah, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِى الْحُجْرَةِ وَأَنَا فِى الْبَيْتِ فَيَفْصِلُ بَيْنَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ بِتَسْلِيمٍ يُسْمِعُنَاهُ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di dalam kamar ketika saya berada di rumah dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memisah antara raka’at yang genap dengan yang witir (ganjil) dengan salam yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad)

Dari Nafi’, ia berkata mengenai shalat witir dari Ibnu ‘Umar:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ فِى الْوِتْرِ ، حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ

“Ibnu ‘Umar biasa mengucapkan salam ketika satu rakaat dan dua rakaat saat witir sampai ia memerintah untuk sebagian hajatnya.” (HR. Bukhari).
  1. Mengerjakan tiga rakaat sekaligus, kemudian salam.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلاَثٍ فَلْيَفْعَلْ

“Siapa yang suka lakukan witir tiga rakaat, maka lakukanlah.” (HR. Abu Daud dan An Nasai)

Dari Aisyah, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ إِلاَّ فِى آخِرِهِنَّ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwitir tiga raka’at sekaligus, beliau tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka’at terakhir.” (HR. Al Baihaqi)

Kalau ingin melakukan tiga raka’at langsung tidak boleh diserupakan dengan shalat Maghrib.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

لا توتروا بثلاث أوتروا بخمس أو بسبع ولا تشبهوا بصلاة المغرب

“Janganlah lakukan shalat witir yang tiga rakaat seperti shalat Maghrib. Namun berwitirlah dengan lima atau tujuh rakaat” (HR. Ibnu Hibban, Al Hakim dan Al Baihaqi).

Artinya, kalau caranya seperti shalat Maghrib berarti yang tiga rakaat memakai tasyahud awal di dalamnya. Itu yang tidak dibolehkan pada tiga rakaat.

Dalam Syarhul Mumthi’, Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa syari’at ingin agar ibadah sunnah tidak disamakan dengan ibadah wajib.”

Kedua cara di atas boleh dilakukan. Para ulama memilih di antara kedua cara itu manakah yang lebih afdhal. Intinya kedua cara di atas boleh dilakukan.